UKM SANGGAR SENI DAN BUDAYA GONG 96 STKIP BIMA
Penelitian Budaya (UMA LENGGE) Sambori Dengan Tema "Menapaki Jejak UMA LENGGE Sebagai Destinasi Sejarah" yang dilakukan pada Tanggal 23 Juni 2017 Periode 2016-2017

Anggota:
1. Ilham
2. Rina Andriani
3. Ardin Illahi
4. Mulyadin
5. Nining RKP
6. Ibnu Hajar
7. Abdul Makbu


UMA LENGGE
          Uma Lengge merupakan salah satu rumah adat tradisional yang dibuat oleh nenek moyang suku Bima (Mbojo) sejak zaman dahulu. Bangunan ini tersebar di wilayah Sambori, Wawo dan Donggo. Khususnya Di kecamatan Lambitu. Uma Lengge dapat ditemukan di desa Sambori dan desa-desa lain di sekitarnya seperti di Kuta, Teta, dan Kaboro. Uma lengge didepan rumah pak kades dibangun pada tahun 2013 sebagai ranah menglestarikan uma lengge berbentuk yang sederhana menurut pak kades Secara spesifik, struktur Uma Lengge berbentuk kerucut setinggi 5 - 7 meter, bertiang empat masing-masing ketinggian tiang 2,2 m, serta lebarnya 14 Cm dari bahan kayu-kayu pilihan, beratap alang-alang ukurannya sekitar 4 kali 4 meter yang sekaligus menutupi tiga perempat bagian rumah sebagai dinding dan memiliki pintu masuk dibawah.

        Uma Lengge terdiri dari 4 (empat) lantai, yaitu lantai dasar (kolong) bersegi empat ukuran panjang jarak antara tiang 1 yang ting yang lain 2,5 m, ukuran lebarnya 2,2 m, berfungsi sebagai tempat menyimpan ternak. Siku tiang berjumlah 8 berukuran 1,22 m berfungsi sebagai memperkokoh tiang. Lantai pertama berukuran panjang 3,63 m, lebarnya 4 m, penyangga lantai berjumlah 9 buah balok kayu dengan ukuran panjang 3,63 m, lantai pertama digunakan untuk menerima tamu dan kegiatan upacara adat. Lantai kedua ukuran penopang lantai berjumlah 10 buah kayu berukuran panjang 4,92 m, dengan ukuran lebar 8 Cm berfungsi sebagai tempat tidur sekaligus dapur (tempat masak). Pondasi ting lantai kedua ( lampu) berbentuk segi empat dengan jumlah 4 buah berukuran panjang 55 Cm ukuran lebar 18 Cm selain berfungsi sebagai penyangga tiang atau pondasi tiang (lampu) untuk dapat menahan tikus menuju keatas lantai tiga agar hasil panen tetap utuh dari gangguan tikus. Penyangga lantai kedua berjumlah 4 batang kayu ukuran panjang 4,1 m.

       Penompang lantai ketiga berjumlah 10 buah kayu lantai ketiga berbentuk segitiga digunakan untuk menyimpan hasil panen (padi,jagung dan umbi-umbian). Pintu rumah berbentuk persegi panjang berada di bagian yang tersembunyi dengan ukuran panjang 1,18 m, ukuan lebar 1,13 m dan pintu utama berukuran panjang 1,63 m, ukuran lebar 98 Cm yaitu di pojok atau di sudut ruang atas. Tangga rumah bertinggian 3,13 m, ukuran lebar 60 Cm, anak tangga berjumlah 7 dan jarak anak tangga 44 cm tidak selalu dalam keadaan terpasang. Dari posisi tangganya juga ada sandi atau tanda yang diketahui oleh kerabatnya dari cara mereka menyimpan tangga. Apabila tangganya dibiarkan terpasang, berarti penghuninya telah pergi ke ladang dan akan kembali dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Apabila tangga disimpan agak jauh dari rumah, hal itu berarti penghuninya telah pergi jauh dan akan kembali dalam waktu yang lama. Secara spesifik, struktur Uma Lengge didesa sambori lama berbentuk kerucut tetapi sudah direnofasi menjadi kecil dari dulu dan atap rumah memakai seng, setinggi 5 - 7 meter, bertiang empat masing-masing ketinggian tiang 2,34,5 m serta lebarnya 15 Cm dari bahan kayu-kayu pilihan, beratap alang-alang ukurannya sekitar 4 kali 4 meter yang sekaligus menutupi tiga perempat bagian rumah sebagai dinding dan memiliki pintu masuk dibawah.Uma Lengge terdiri dari 4 (empat) lantai, yaitu lantai dasar (kolong) bersegi empat ukuran panjang jarak antara tiang 1 yang ting yang lain 2,61,5 Cm, ukuran lebarnya 2,34 m berfungsi sebagai tempat menyimpan ternak. Lantai pertama berukuran panjang 3,47 m lebarnya 3,02 m, penyangga lantai berjumlah 11 balok kayu dengan ukuran panjang 4,85 m, lantai pertama digunakan untuk menerima tamu dan kegiatan upacara adat. Lantai kedua ukuran Tinggi tiang 19 cm, ukuran lebarnya 8 cm, penyangga lantai berjumlah 13 buah kayu berukuran panjang 4,24 m dengan ukuran lebar 8 Cm berfungsi sebagai tempat tidur sekaligus dapur (tempat masak).

         Pondasi tiang lantai ketiga ( lampu) berbentuk segi empat dengan jumlah 4 buah berukuran panjang 5,75 m ukuran lebar 1,41 m selain berfungsi sebagai penyangga tiang atau pondasi tiang (lampu) untuk dapat menahan tikus menuju keatas lantai tiga agar hasil panen tetap utuh dari gangguan tikus. Penyangga lantai ketiga berjumlah 2 balok kayu dengan panjang balok 4,32 m, penyangga ke dua berjumlah 9 batang kayu ukuran panjang 4,24 m. lantai ketiga berbentuk segitiga digunakan untuk menyimpan hasil panen (padi,jagung dan umbi-umbian). Uma lengge memiliki bagian-bagian yang terdiri dari atap rumah (butu uma) yang terbuat dari alang-alang, langit rumah (taja uma) terbuat dari kayu pohon pinang serta lantai tempat tinggal terbuat dari kayu pohon pinang atau pohon kelapa. Pada bagian tiang Uma Lengge juga digunakan kayu yang dijadikan sebagai penyangga (wole), yang fungsinya sebagai penguat setiap tiang uma lengge. Pintu masuknya terdiri dari 3 (tiga) daun pintu yang berfungsi sebagai bahasa komunikasi dan sandi untuk para tetangga dan tamu. Sudah menjadi konvensi turun temurun di kalangan masyarakat Sombori, jika daun pintu lantai pertama dan kedua ditutup, hal itu menunjukan bahwa yang punya rumah sudah pergi atau lagi tidak ada di rumah tapi tidak jauh dari rumah. Tapi jika ketiga pintu ditutup, berarti pemilik rumah sedang pergi jauh dalam tempo yang relatif lama.

           Hal ini tentunya merupakan sebuah kearifan yang ditunjukkan oleh leluhur masyarakat Sambori, bahwa meninggalkan rumah meski meninggalkan pesan meskipun dengan kebiasaan dan bahasa yang diberikan lewat tertutupnya daun pintu itu. Disamping itu, tamu atau tetangga tidak perlu menunggu lama karena sudah ada isyarat dari daun pintu tadi. Pintu rumah berbentuk persegi panjang berada di bagian yang tersembunyi dengan ukuran panjang 1,19 m, ukuan lebar 58 Cm dan pintu utama berukuran panjang 1,37 m, ukuran lebar 1,06 m, yaitu di pojok atau di sudut ruang atas. Tangga rumah bertinggian 1,53 m, ukuran lebar 96 Cm, anak tangga berjumlah 3 dan jarak anak tangga 42 cm tidak selalu dalam keadaan terpasang. Dari posisi tangganya juga ada sandi atau tanda yang diketahui oleh kerabatnya dari cara mereka menyimpan tangga. Apabila tangganya dibiarkan terpasang, berarti penghuninya telah pergi ke ladang dan akan kembali dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Apabila tangga disimpan agak jauh dari rumah, hal itu berarti penghuninya telah pergi jauh dan akan kembali dalam waktu yang lama. Bagi masyarakat Sambori, Rumah atau Uma Ngge’e Kai merupakan kebutuhan paling pokok dalam kehidupan keluarga. Dalam falsafah masyarakat Bima lama (Sambori) bahwa orang yang baik itu yang berasal dari keturunan yang baik, mempunyai istri yang berbudi mulia, rumah yang kuat dan indah, senjata pusaka yang sakti dan kuda tunggang yang lincah.

          Dari ungkapan di atas, jelaslah bahwa rumah merupakan kebutuhan pokok yang tidak boleh diabaikan. Karena itu dalam membangun rumah harus memilih PANGGITA atau arsitek yang memiliki Loa Ra Tingi (Kemampuan dan keahlian) yang tinggi dan berakhlak mulia. Panggita juga harus memahami SASATO (Sifat atau pribadi) pemilik rumah. Baku Ro Uku atau bentuk dan ukuran dalam arti tata ruang harus disesuaikan dengan sifat dan kepribadian pemilik rumah. Antropolog Albert dalam kunjungannya di Bima pada tahun 1909 menamakan Uma Lengge dengan A Frame (Kerangka Huruf A). Rumah seperti ini berfungsi sebagai penyimpan panas yang baik, mengingat daerah Sambori adalah daerah pegunungan yang berhawa dingin. Prototipe A Frame juga sangat tahan terhadap terjangan angin dan badai. Disamping itu, tinggi Lengge yang mencapai 7 meter dengan tempat tidur dan penyimpanan bahan makanan di lantai dua dan tinggi dimaksudkan juga agar aman dari bahaya banjir dan binatang buas. Menurut artikel andry ariansyah (senin, 2 oktober 2013) Proses pembangunan Uma Lengge dilakukan dalam waktu sekitar 1-3 tahun dengan menggunakan kayu-kayu alam pilihan. Ada sekitar 14 jenis kayu yang dibutuhkan untuk pembangunan sebuah Uma Lengge dan 3 jenis tali temali yang berasal dari serat pohon yang ada di sekitar Sambori. Kayu-kayu tersebut adalah Kayu Gaharu, Wako, Cuma, Rondu, Papare, Sarise, Kandaru, Nangka, Mpipi, Isu, Lobo, Sangari, Supa dan Pinang. Sedangkan Tali yang digunakan adalah dari rotan (miro), serat pohon kalimone dan Bulunao (Ijuk). Proses pembangunan Lengge dilakukan secara gotong royong yang dikenal dengan “Karawi Kaboju”. Agar Lengge bisa bertahan lama dan demi keselamatan para peghuninya dilakukan semacam ritual Doa dan menentukan hari yang baik pembangunan uma lengge, hari puasa sunah rasul yaitu hari senin dan kamis. Menurut H. Mansyur dan Sofiah, S.Pd. ( selasa, 25 april 2017).

             Pada zaman era globalisasi semakin banyaknya pengaruh terhadap jalannya pencapaian menuju cita – citanya yaitu mempertahankan budaya yang masih ada . Era globalisasi banyak memunculkan berbagai alat teknologi modern yang mendatangkan budaya luar masuk dan menjadi suatu hal yang bisa di ikuti . Perbandingan antara dua uma lengge terdapat ada perbedaan mulai dari pembuatan yang menentukan hari baik menurut masyarakat sambori, proses bahan-bahannya seperti kayu dengaan 1-3 tahun. Sebelum dan sesudah pembuatan uma lenga mengadakan ritual. Seiring perubahan zaman Uma Lengge banyak yang mengalami perubahan keberadaannya sudah dialihkan dilestarikan hanya tersisa uma lengge direnovasi berbentuk uma jompa dan disamping rumah ada tanah keramat yang tidak harus dilewati sebelah kiri akan mengakibatkan seperti orang kerupan menurut masyarakat setempat . Uma Lengge ini merupakan aset budaya Bima. dan menjadi suatu hal yang bisa di ikuti . Masuknya era globalisasi banyak fenomena di mana – mana ada batasan seakan memudar dikarenakan terjadi berbagainya perkembangan di segala aspek Perubahan uma lengge berawal dari hal-hal kecil maupun tatanan bentuk keasliaan Keterbatasan sumber daya alam, kebutuhan bahan-bahan uma lengge, terlihat jelas keasliaannya ada perubahan-perubahan uma lengge di desa sambori. Banyak Faktor-.faktor terkikisnya rumah adat tradisional bima . 1. Keterbatasan sumber daya alam desa sambori (SDA) Sumber daya alam memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan uma lengge dan Kebutuhan masyarakat sambori semakin meningkat dikarena bertambah kelahiran dalam suatu keluarga maka bertambah pula uma lengge dibangun untuk dipersiapkan kelak anaknya dewasa. pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas, seiring tahun beganti-ganti hasil hutan semakin menurun seperti 14 jenis kayu berfungsi sebagai tiang dan kayu di angkut dihutan membutuhkan tenaga 10 0rang, pohon pinang berfungsi sebagai lantai 1-3 dan alang-alang berfungsi sebagai atap uma lengge stok alang-alang sangat terbatas dihutan sekarang, Dari tingkat ketersulitan bahan-bahan masyarakat sambori mengalihkan membangun ruka (ruma panggung). masuk program PLAN terhadap masyarakat sambori mempermmudah kebutuhan atap uma lengge atap masyarakat setempat mengalihkan atap uma lengge memakai seng karena lebih mudah dan cepat dalam proses pemasangan di uma lengge. 2. Masuknya program PLAN masuknya program PLAN kecematan lambitu khusus desa sambori dengan mencanang program yaitu : Pertanian, pembangunan dan pendididkan. PLAN dapat mengningkatkan hasil pertanian masyarakat sambori. menurut Sofiah, S.Pd pengurus PLAN dan H. Mansyur. ketua PLAN. program PLAN dilaksanakan berjalan kurang lebih 3 (tiga) tahun, pada tahun 2001, 2002 dan 2003. masyarakat sambori dalam pertanian sangat dipermudahkan berbagai alat-alat dan barang pertanian seperti pipa air, bibit, mesin yang sesuai dengan keperluan pertanian, Hasil panen Masyarakat sambori meningkat kalo dibandingkan dengan sebelumnya kurang lebih ratusan kilo, masuknya program PLAN masyarakat sambori hasil panen mencapai ton. Sedangkan sektor pembangunan program PLAN membantu dalam keperluan masyarakat sambori berupa barang yang dibutukan seperti seng sebagai atap rumah, bak air sebagai sumber air bersih penduduk sambori. Sektor pendidikan ini memberdayakan pendidikan anak-anak desa sambori contoh mengikuti bimbingan belajar dan dilibatkan pelatihan diluar dari bima. 3. Pendidikan Pendidikan ini karena dampaknya globalisasi menyulitkan pelestarian budaya yang telah ada khusus uma lengge yang seharusnya mampu dilestarikan kearifan lokal , hadirnya penemuan baru masyarakat sambori merasa tertinggal tentang menfilter arus globalisasi semakin lama semakin maju,sehingga masyarakat tertinggal maupun merasa minder tinggal di uma lengge masyarakat luar meganggap primitif kurang lebih tahun 1983-1984, masyarakat mulai berpikir membangun rumah yang lebih luas dan dapat nampung keluarga mereka dan membangun rumah ruka (rumah panggung) sebagai tempat tinggal masyarakat desa sambori. 4. Kategori Rumah Tidak Sehat Pemerintah dinas kesehatan (DIKES) menganjurkan bahwa uma lengge tidak layak huni, uma lengge sangat tertutup sulit angin dari luar masuk kedalam uma lengge dan ventilasi hanya satu, lantai dua berfungsi sebagai dapur dan tempat tidur para wanita ditempat yang sama dapat merugikan kesehatan masyarakat sambori. masyarakat sambori pada saat itu tertimpah penyakit malarian serta uma lengge tak mampu menampung anggota keluarga yang banyak, sebagian masyarakat lebih memilih tinggal dirumah yang lebih luas dan nyaman, masyarakat sambori akhirnya merobohkan uma lengge mengalihkan membangun uma ruka ( rumah panggung) dari Hasil robohan uma lengge terdapat kayu-kayu khususnya tiang uma lengge dibelah 4-5 balok untuk dijadikan tiang uma ruka. Sebagianya uma lengge difungsikan tempat penyimpanan hasil panen. maka keberadaan uma lengge di desa sambori sangatlah disayangkan karena uma lengge rumah adat bima yang sekaligus indentitas bima. Fungsinya pun yang dahulunya sebagai tempat tinggal sudah mulai hampir punah hanya tersisa dilestarkan satu uma lengge tapi berbentuk jompa beratap seng. uma lengge di desa sambori yang ada di Dusun lengge atau samori lama dan didepan rumah pak kades dibangun kurang lebih pada tahun 2013 keberadaannya sudah tidak lagi dilestarikan. Menurut narasumber dan masyarakat setempat ( kamis, 27 april 2017)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Bima

PUISI